TEMPER TANTRUM DAN SEPAK BOLA



Tulisan ini saya buat karena beberapa waktu terakhir ini menghadapi tantrumnya Naoki. Terus tiba-tiba dalam masa perenungan kok jadi inget sepak bola ya. Setelah direnungi lagi ternyata prinsip-prinsip bermain bola,  bisa diterapkan dalam menghadapi temper tantrum anak. mohon dicatat sebelumnya. Saya hanya punya pengalaman nonton bola, sekali2nya maen bola adalah waktu kuliah tingkat 1. Dan insyaallah ga penasaran nyoba lagi.

saya fans Manchester United dan AC Milan.. v^^v

ok Mari kita bahas ^^

Temper tantrum
Temper tantrum adalah suatu letupan amarah anak di saat anak menunjukan kemandirian dengan sikap negatifnya. Umumnya dialami oleh anak usia balita, antara 1-3 tahun. Jadi, ini normal terjadi walaupun tidak untuk dibiarkan.
Temper tantrum terjadi karena anak merasa lepas kendali, frustasi. Tantrum biasanya terjadi pada masa anak sedang belajar kemandirian dan belajar mengekspresikan emosi.  Penyebabnya bisa macam-macam, keinginan yang tidak terpenuhi, merasa diabaikan, tidak mengetahui apa yang diinginkan, tidak mampu menjelaskan apa yang diinginkan, terlalu dikekang, merasa bosan, lelah, lapar atau mengantuk dll. rasa frustasi  ini kemudian ditunjukan dengan menangis keras, menjerit, guling – guling, bahkan sampai menendang, memukul dan mengigit.

Nah sekarang mari kita membahas sepak bolanya. Beberapa prinsip bermain sepak bola yang bisa diterapkan dalam menghadapi tantrum antara lain:


1. Team work
sepak bola adalah permainan tim, bukan individu. Demikian juga dalam menghadapi tantrum, orang tua harus kompak, jangan yang satu bilang ‘iya’ yang satu bilang ‘tidak’. Ketidakkompakan orang tua hanya akan membuat anak bingung dan makin mengamuk. Untuk bisa kompak seyogyanya orang tua harus memiliki kesepahaman terlebih dahulu segala hal yang terkait dengan pola pengasuhan. Oya, kesepahaman harus diimbangi dengan ilmu, artinya mesti rajin juga mencari dan belajar ilmu pengasuhan anak, termasuk tentang temper tantrum ya.

2. Analisa lawan
Hal penting yang biasa dilakukan sebelum bertanding adalah menganalisa lawan. Tapi bukan berarti anak adalah lawan lho ya..^^. Kenali anak kita, terutama tentang karakternya. Apa yang bisa menyebabkan anak tantrum, sehingga kita bisa mencegah atau meminimalisir terjadinya tantrum.

3. Susun strategi
mau pakai formasi apa? 4-3-3 atau 4-4-2.  Menyerang atau bertahan?. Tentukan metode yang akan kita terapkan ketika menghadapi tantrum.  Kami sendiri (saya dan suami) menerapkan metode yang kami baca dari berbagai sumber (acara dan buku Nanny 911 ect)  termasuk dari sebuah grup kesehatan anak yaitu Room For Children (RFC). Tulisan tentang metode ini sudah saya posting dalam note sebelum tulisan ini. Secara umum ada 3 yaitu: ignorance, holding time dan time out.

4. Kendalikan tempo permainan
seringkali kekalahan bermain bola adalah karena kita terbawa dengan pola permainan lawan. Yup, kunci penting dalam menghadapi tantrum adalah kendali diri. Tidak terbawa oleh tempo tantrum anak. Seorang anak pada usia 1-3 akan menunjukkan beberapa atau semua tingkah laku berikut:
  • Penolakan atas kontrol dalam bentuk apa pun
  • Keinginan untuk mandiri, lebih banyak menuntut dan menunjukkan tingkah laku membangkang
  • Berganti-ganti antara kemandirian dan bertingkah manja
  • Ingin mendapatkan kendali dan ingin mengendalikan Anda dengan mengatakan "Duduk di sini" atau "Jangan dipegang"

Jangan kaget ketika tantrum anak seringkali berubah-ubah keinginan, terkadang seperti mengerjai orang tuanya. Contoh Naoki awalnya minta susu, pas diambilin bilang gak mau susu, pas susu disimpen eh minta susu lagi.. rrrr T_T, hehehe awalnya saya sering jadi emosi tapi setelah mengenal polanya saya jadi lebih tenang menghadapinya. Jika terjadi perubahan permintaan seperti di atas, biasanya setelah kedua kali saya berikan peringatan. Kalau berubah-ubah permintaan lagi saya tidak akan meladeni.
Jadi jangan terpancing emosi. Sekali kita kehilangan kendali atas emosi kita, maka silahkan menikmati horor time yang melelahkan ^^.  Jika anak marah, maka jangan dibalas dengan marah, jika anak menjerit orang tua jangan ikutan menjerit. Ketika anak emosi maka orang tua harus bisa tetap sabar, tenang dan percaya diri.  Yakinlah kita bisa menang, atau istilahnya bermental juara.  Seperti MU dan Milan ya, bermental juara  ^^v.

5. Disiplin dan Konsisten
Pernah dengar pemain bola yang dihukum karena bolos latihan? Pernah tho, kenapa coba? karena displin itu penting untuk membangun keteraturan. Kalau dia bek, ya disiplin jaga daerah bertahan, jangan maunya rebutan bola sama penyerang.
Pengenalan kedisiplinan sejak dini akan sangat membantu dalam mengatasi tantrum, kedisplinan mengajari tentang ‘reward and punishment’, tentang aturan rumah dan rutinitas harian. ketika anak terbiasa disiplin dia akan belajar bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya.
konsistensi adalah rumus wajib dalam penerapan pola asuh. Termasuk untuk tantrum, konsistensi berarti sesuai antara perkataan dan perbuatan. Jangan pernah berbohong, pertama; karena dosa, kedua; menenangkan anak dengan berbohong adalah solusi instan yang akan membuat masalah tantrum bertambah parah. Trust me ^^
ketika anak dilarang keluar karena sudah malam, jangan menakui-nakuti anak dengan berbohong. kalau keluar nanti dimakan hantu. Alih-alih anak tenang, anda malah menambah ketakutan yang tidak perlu kepada anak.
ketika kita berkata ’mama baru akan bicara sama kakak kalau kakak berhenti nangis jerit-jeritnya’, maka pastikan anda tidak mengajaknya berbicara sampai anak berhenti menangis.


6. Evaluasi permainan
Akhirnya tantrumnya barhenti, lalu apa selanjutnya..? eits jangan pada pergi dulu. Setelah tantrum berakhir tetap dampingi anak. Pertama agar dia tetap merasa dicintai, peluklah anak dan sampaikan bahwa apa yang dilakukan orang tuanya adalah bentuk kasih sayang kepada mereka. Berikan pujian karena anak telah berhasil tenang.  Kedua bimbing anak untuk belajar menyampaikan sesuatu dengan kata-kata bukan tangisan. Bicarakanlah tentang penyebab tantrumnya lalu ajari mereka untuk bisa menyampaikan emosinya dengan berkata yang baik. Dan pujilah mereka ketika berhasil mengatakannya.
Beberapa hari lalu Naoki tantrum karena susah BAB, awalnya saya kira karena mengantuk dan ga mau cebok. Setelah amukan berhenti saya coba bicarakan tentang penyebab amukannya. Ketika saya tanya ‘kakak tadi ee nya susah ya, sakit?’ Naoki akhirnya menjawab ‘iya ee kakak sakit’… subhanallah.. saya hampir nangis waktu memeluknya. Ini adalah AHA moment saya. Ketika tantrum anak-anak sedang belajar tentang emosi, bukan karena mereka nakal. Jadi dampingi dan bimbinglah mereka.

Demikian analisis sepak bola episode tantrum anak. Mohon maaf, tidak bermaksud mengambil job Bung Kusnaeni hehe.
Bapak ibu, hayuk kita semangat lagi, saya juga jadi bersemangat lagi untuk terus belajar dan berlatih. temper tantrum itu normal, kenali dan atasi dengan cara yang tepat.
Semoga bermanfaat ^^>
Wallahu’alam bishowab

Comments