ASI dan Imunisasi


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kandungan nutrisinya sesuai dengan kebutuhan dan sistem perncernaan bayi. Selain kaya akan nutrisi ASI juga mengandung berbagai macam faktor yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi yaitu antiparasit, anti-alergi, antivirus dan antibodi. Salah satu contohnya adalah K-immunoglobulin sIgA (secretory immunoglobulin A), sel darah putih–K dan K-oligosakarida. Perlindungan yang diberikan faktor-faktor ini sangat unik, mereka melindungin tanpa menyebabkan efek peradangan (misalnya demam tinggi) yang berbahaya bagi bayi. Antibodi sIgA terbentuk di tubuh ibu yang secara spesifik melindungi bayi sesuai keadaan bayi dan lingkungan saat itu.

Lalu apakah faktor perlindungan tersebut cukup untuk melawan semua jenis penyakit? Apakah pemberian ASI saja cukup melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya?

Jawabanya adalah tidak cukup, karena faktor-faktor antiinfeksi dalam ASI tidak dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit khusus dan berbahaya seperti hepatitis B, tuberkolusis, meningitis dan polio.

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan setiap tahun 130 juta bayi dilahirkan di dunia dan 4 juta bayi meninggal dalam 28 hari pertama kehidupannya. 75% kematian bayi tersebut terjadi di minggu pertama kehidupan bayi dan 25% kematian bayi terjadi dalam 24 jam kehidupan bayi. Kematian bayi berkontribusi 40% dari total kematian balita (anak di bawah 5 tahun) di seluruh dunia. 67% kematian bayi di dunia terjadi di 10 negara dan yang utama di Afrika dan Asia.
Tentu saja fakta tersebut sangat menyedihkan. Apa sajakah penyebab utama kematian bayi-bayi tersebut? 3 penyebab utama kematian bayi di seluruh dunia yang pertama adalah karena menderita infeksi (terutama sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare) – 36%. Penyebab kematian bayi yang kedua adalah kelahiran prematur – 28% dan yang ketiga adalah birth asphyxia (asphyxia artinya kekurangan oksigen. Birth asphyxia terjadi ketika otak bayi dan organ lainnya tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum, selama atau setelah kelahiran) – 23%.
Menurut Survey Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah 160.681 bayi/tahun, 440 bayi/hari atau 18 bayi/jam yang berarti 1 bayi meninggal tiap 4 menit, terdapat 32 kematian/1.000 kelahiran bayi. Angka yang masih sangat tinggi.

Bagaimanakan angka kematian bayi tersebut bisa diturunkan?

Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi. Imunisasi adalah sebuah upaya atau proses untuk membentuk kekebalan tubuh/imunitas terhadap berbagai penyakit. Imunisasi terbagi menjadi 2 jenis.

1.      Imunisasi pasif

Imunisasi pasif didapatkan ketika seseorang diberikan antibodi yang berasal dari luar tubuh. Walau Imunisasi pasif dapat memberikan perlindungan/proteksi saat itu, tapi efek Imunisasi pasif ini hanya temporer atau tidak berlangsung lama/dalam jangka waktu yang panjang. Beberapa contoh Imunisasi pasif misalnya bayi yang mendapatkan antibodi dari Ibunya melalui plasenta. Contoh lain, penyuntikan Imunoglobulin (misalnya Anti Hepatitis B, Anti hepatitis A, rabies).

Contoh lain imunisasi pasif adalah ASI.  Sejak dilaksanakannya IMD (Inisiasi Menyusu Dini), bayi mendapatkan ASI awal/kolostrum yang jumlahnya sedikit tapi luar biasa manfaatnya untuk bayi. Dengan diberikannya ASI juga mendapat antibodi dari ibu.
Di dalam kolostrum/ASI awal yang keluar hari pertama hingga sekitar hari ke empat pasca kelahiran, terdapat 100.000 hingga 5 juta lekosit /ml dan bertahap menurun sehingga ASI matang (pasca 2 minggu kelahiran) mengandung 1.000 – 5.000 lekosit /ml. Lekosit kita kenal sebagai sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi. Selain itu ASI mengandung berbagai antibodi (M, A, D, G, E) dimana sIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang jumlahnya paling banyak.

Dari berbagai penelitian, ASI dapat melindungi bayi dari beberapa penyakit seperti otitis media/infeksi telinga, penyakit pada saluran pernafasan (seperti batuk pilek/common cold), penyakit pada saluran pencernaan (seperti diare), ISK / infeksi saluran kemih.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, kekebalan yang diberikan ASI itu hanya sementara, serta ASI tidak bisa merangsang tubuh bayi untuk membentuk antibodi sendiri. Selain itu perlindungan ASI tidak untuk semua penyakit, dengan kata lain, ASI tidak dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit berat dan spesifik.

2.      Imunisasi aktif

Imunisasi aktif didapatkan ketika tubuh mendapatkan paparan dari organisme suatu penyakit sehingga sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi untuk penyakit tersebut.

Paparan terhadap organisme suatu penyakit dapat terjadi melalui infeksi penyakit sebenarnya (hasilnya natural immunity) atau melalui dimasukannya organisme penyakit yang sudah dimatikan/dilemahkan melalui Vaksinasi (hasilnya vaccine-induced immunity). Imunisasi aktif sifatnya jangkapanjang bahkan bisa seumur hidup. Bisa dilihat dalam gambar di bawah ini bagaimana kekebalan aktif didapatkan.


Tentu saja suatu pemikiran yang berisiko jika menunggu untuk sakit dulu agar mendapatkan kekebalan alami. Seperti gambar sebelumnya, banyak penyakit berat yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan kematian. Vaksinasi adalah ‘shortcut’ atau jalan pintas untuk mendapatkan kekebalan aktif dengan risiko yang jauh lebih kecil (KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi umumnya ringan seperti demam atau sedikit bengkak di lokasi suntikan vaksin).

Istilah Vaksinasi itu sendiri sering disebut dengan Imunisasi. Dengan Vaksinasi (Imunisasi), sekitar 2-3 juta kematian anak di dunia dapat dicegah. Keuntungan Imunisasi dalam jangka panjang dan skala yang lebih luas adalah pemberantasan penyakit dari suatu daerah bahkan dunia. Sebagai contoh penyakit variola/cacar (smallpox) yang sudah musnah (eradikasi) dari bumi sejak tahun 1979. Selain itu penyakit polio di beberapa negara sudah tidak ada dan badan kesehatan dunia sedang mengejar tercapainya eradikasi/ musnahnya penyakit polio di dunia.
Pemberian vaksinasi tetes/oral
Banyak yang bertanya kenapa vaksinasi diberikan pada usia yang sangat dini, bahkan sejak bayi lahir seperti pemberian vaksin Hepatitis B? Jawabannya, karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi biasanya menyerang bayi di awal kehidupannya, dimana sistem kekebalan tubuh bayi belum mampu melawan serangan kuman tersebut walau bayi masih membawa kekebalan dari Ibu (maternal immunity) dan menerima ASI. Misalnya saja vaksin campak diberikan saat bayi berusia 9 bulan, karena maternal immunity hanya sampai usia bayi 9 bulan, dan itupun sifatnya imunisasi pasif.
Selain itu, waktu pemberian vaksinasi juga disesuaikan dengan pola penyakit yang biasanya menyerang anak pada rentang usia tertentu, sehingga Vaksinasi dapat melindungi anak lebih awal sebelum penyakit tersebut menyerang anak.
Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa
ASI Bukan Pengganti Imunisasi

Meskipun menyusui memiliki banyak faktor kekebalan tubuh untuk bayi, menyusui tidak boleh dianggap sebagai pengganti imunisasi. Penelitian menunjukkan bahwa ketika bayi yang diberi ASI, mereka akan menghasilkan tingkat antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula bayi. Tetapi hal tersebut tidak bisa memberi kekebalan yang lebih dan tidak bisa menjamin bahwa bayi bisa terhindar dari berbagai penyakit berbahaya.
Dengan kata lain, menyusui tidak memberikan kekebalan total bayi terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin yang dikembangkan terhadap penyakit berat dan mengancam kehidupan seperti  polio, difteri, campak dan lain-adalah cara paling efektif untuk melindungi kesehatan anak-anak kita. Manfaat yang maksimal akan kita dapatkan ketika kita juga memberikan ASI kepada bayi. Menyusui dapat meningkatkan respon bayi terhadap beberapa imunisasi. Dari beberapa penelitian ternyata bayi-bayi yang menerima ASI dan vaksinasi Hib, tetanus, BCG kadar antibodinya lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi yang menerima vaksinasi tersebut dan tidak/kurang mendapatkan ASI. Dengan memberikan ASI sedini mungkin, pun dengan memberikan vaksinasi sedini mungkin akan memberikan perlindungan maksimal kepada bayi dan anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya.
Berikut adalah gambar jadwal imunisasi dari Ikatan Doker Anak Indonesia:


Referensi: 
Buku Pintar ASI dan Menyusui
http://theurbanmama.com/articles/asi-vaksinasi-perlindungan-terbaik-untuk-buah-hati.html
IDAI




Comments